Sabtu, 17 September 2011

Tawadhu’

Aku akan memalingkan orang-orang yang menyombongkan dirinya di muka bumi tanpa alasan yang benar dari tanda-tanda kekuasaan-Ku. Mereka jika melihat tiap-tiap ayat (Ku), mereka tidak beriman kepadanya. Dan jika mereka melihat jalan yang membawa kepada petunjuk, mereka tidak mau menempuhnya, tetapi jika mereka melihat jalan kesesatan, mereka terus menempuhnya. Yang demikian itu adalah karena mereka mendustakan ayat-ayat Kami dan mereka selalu lalai daripadanya.” (QS. Al-A’raaf:146)
Tawadhu’ adalah sifat merendahkan diri, baik di hadapan Allah swt maupun terhadap setiap makhluk. Tawadhu’ adalah lawan kata dari takabur (sombong). Orang yang bertawadhu’ berarti orang yang selalu rela terhadap kedudukan yang lebih rendah, mau menerima kebenaran, serta rendah hati terhadap siapapun.
Allah swt sangat menyukai orang-orang yang tawadhu’ dan akan meridhoi mereka. Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bersikap tawadhu’ karena mencari ridho Allah maka Allah akan meninggikan derajatnya. Ia menganggap dirinya tiada berharga, namun dalam pandangan orang lain ia sangat terhormat. Barang siapa yang menyombongkan diri maka Allah akan menghinakannya.Ia menganggap dirinya terhormat, padahal dalam pandangan orang lain ia sangat hina, bahkan lebih hina daripada anjing dan babi.” (HR. Al Baihaqi)
Rasulullah saw juga telah menjadi contoh teladan bagi pengikutnya untuk selalu memiliki sifat tawadhu.  Sifat tawadhu’ Rasulullah saw telah dimiliki sejak beliau masih dan sebelum masa kenabian beliau. Sifat tawadhu membuat Rasulullah saw orang yang berbudi luhur dan berakhlak mulia.
Sifat tawadhu’ Rasulullah saw kemudian telah diikuti pula oleh para sahabatnya. Maka, tak salah bila kita sebagai muslim juga harus memiliki sifat tersebut. Terutama di dunia fana ini, semakin banyak manusia yang terjebak dalam sifat riya dan sombong. Maka tawadhu’ lah yang kita butuhkan. Rasulullah saw bersabda: “Tidak akan masuk surga orang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan, walaupun seberat biji sawi.” (HR. Muslim).
Sifat tawadhu’ seseorang dapat dilihat dari perilakunya sehari-hari. Bila ia sedang berdiskusi dengan orang lain, ia akan dapat menerima semua pendapat, saran, maupun kritik dengan lapang dada serta berterima kasih. Jika ia berhasil mengeluarkan pendapat yang lebih hebat dari rekannya, ia tidak akan sombong atau berbesar hati. Dengan kata lain, ia tidak suka menonjolkan diri di tengah-tengah mereka.
Mukmin yang tawadhu selalu memakai pakaian yang sederhana. Ia tidak riya’ terhadap apa yang dimilikinya dan apa yang ada pada dirinya, meskipun ia orang yang berkecukupan. Selain itu, ia juga tidak segan-segan bergaul dan memenuhi undangan orang miskin atau orang yang lebih rendah statusnya dari dirinya.
Seseorang yang tawadhu’ adalah orang yang telah mengikis habis sifat sombong yang ada dalam dirinya. Semoga kita selalu bisa istiqomah dalam menghilangkan kesombongan dan memiliki tawadhu’ yang sempurna. Amin.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Belajar. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Blogger Showcase