Sabtu, 17 September 2011

Mensyukuri Kekurangan

Ratusan, ribuan, jutaan, atau berapakah jumlah manusia di dunia ini yang memiliki kekurangan atau kelebihan? Tidak ada yang tahu pasti. Yang jelas, dan yang sama-sama di setujui oleh semua pihak adalah NO BODY’S PERFECT. Artinya, setiap orang pasti memiliki kekurangan, dari sisi apapun, baik dari sisi yang sama maupun yang berbeda. Kekurangan dan kelebihan dalam diri setiap manusia adalah dua hal yang saling mengikat satu sama lain. Yang menjadi permasalahan adalah “mampukah kita untuk senantiasa mensyukuri kedua hal tersebut?”.
Mensyukuri sebuah kelebihan adalah satu hal yang biasa, meskipun kadang agak sulit dan masih banyak orang yang tidak mampu untuk mensyukuri hal tersebut. Sedangkan mensyukuri sebuah kekurangan, bagi kebanyakan orang adalah mustahil, meskipun sebenarnya banyak sekali kekurangan-kekurangan dalam diri manusia yang akan membantu dirinya agar menjadi seorang hamba yang lebih terjaga, baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak orang yang malu, minder, sedih, mengasingkan diri, nggak PD, selalu merasa was-was, selalu dihantui kekecewaan, dan gelisah yang berlarut-larut. Akhirnya, merekapun jadi membenci kekurangan mereka, dan hilanglah rasa syukur di dalam hati mereka.
Ada sebuah cara yang jika dilakukan, insyaAllah akan membuat seseorang mampu untuk mensyukuri sebuah kekurangan. Cara ini biasa disebut dengan “Positive thingking”. Istilah Positive thingking ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Meskipun demikian, ternyata sulit sekali untuk melaksanakannya. Sebelum kita memperoleh si Positive thingking tersebut. Dan setelah kita memiliki Positive thingking tersebut, maka insya Allah dengan sendirinya rasa syukur itu akan tumbuh di dalam hati kita. Kita akan mengetahui bahwa di balik kekurangan tersebut ada sesuatu yang patut disyukuri. ini, ada satu hal yang terlebih dahulu harus kita yakini. Hal tersebut adalah keyakinan bahwa Allah swt menciptakan segala sesuatu pasti dengan tidak sia-sia. Artinya, Allah swt menciptakan kekurangan dalam diri kita juga pasti ada tujuannya. Jika kita mengetahui apakah tujuan itu, jika kita mengetahui kenapa kekurangan itu ada pada diri kita, jika kita telah menemukan jawabannya, maka kita akan menemukan jalan untuk menuju Positive thingking tersebut. Dan setelah kita memiliki Positive thingking tersebut, maka insya Allah dengan sendirinya rasa syukur itu akan tumbuh di dalam hati kita. Kita akan mengetahui bahwa di balik kekurangan tersebut ada sesuatu yang patut disyukuri.
“Allah swt menciptakan segala sesuatu dengan tidak sia-sia”. Mungkin kita akan bertanya-tanya, lalu apakah tujuan Allah swt sehingga menciptakan kebutaan pada mata seseorang, kenapa Allah swt menciptakan sebuah kebisuan, kenapa Allah swt menciptakan ketulian pada telinga seseorang, dan mengapa Allah swt menciptakan tubuh seseorang dengan kurus (tidak gemuk, kekar, atau berbentuk), kenapa, kenapa, dan kenapa? Mungkin kata “kenapa” tidak akan dapat terhitung jika terus dijabarkan. Untuk lebih mudahnya, kita ambil saja ke-empat contoh yang telah disebutkan diatas yaitu tentang kenapa seseorang dibuat menjadi buta, bisu, tuli, atau kurus.
“Buta”, “Bisu”, “Tuli”, “Kurus”, apa yang yang patut disyukuri dari semua itu? Jika kita renungi lebih dalam lagi, ternyata di dalam ke-empat kekurangan tersebut (dan juga kekurangan-kekurangan yang lain) terdapat sebuah rahasia besar yang patut kita syukuri. Sebenarnya, kekurangan-kekurangan tersebut memiliki peranan yang sangat besar dalam menjaga diri kita. Coba kita perhatikan, berapa banyak di dunia ini orang-orang yang tertipu dan terjerumus oleh mata, mulut/lidah, dan telinganya secara sadar maupun tidak sadar. Berapa banyak orang yang menggunakan mata , lidah, dan telinganya untuk berbuat maksiat kepada Allah swt? Berapa banyak orang yang menggunakan mata mereka untuk melihat hal-hal yang seharusnya tidak mereka lihat? Berapa banyak orang yang menggunakan lidah mereka untuk bergunjing, menggosip, mengumbar fitnah dan aib orang lain, membicarakan sesuatu yang mereka tidak mengerti ilmunya, dan membicarakan segudang hal-hal lain yang tidak selayaknya mereka bicarakan. Berapa banyak orang yang menggunakan telinga mereka untuk menguping dan mendengarkan hal-hal yang bukan hak mereka. Tentunya mata, lidah, dan telinga itu kelak akan dimintai pertanggung jawaban.
Dari pernyataan di atas, tentunya dapat ditarik kesimpulan sederhana bahwa dengan menjadi buta, bisu, atau tuli, berarti Allah swt telah mengurangi satu lubang maksiat dari dalam diri kita. Orang yang buta akan dikurangi dosa matanya dalam melihat maksiat.  Orang yang bisu akan dikurangi dosa lidahnya dalam membicarakan maksiat. Orang yang tuli akan dikurangi dosa telinganya dalam mendengarkan hal-hal yang bukan haknya. Apabila kita benar-benar memahami akan hal-hal tersebut, maka insaya Allah swt kita akan mampu untuk selalu mensyukuri kekurangan yang ada dalam diri kita.
Dan bagi orang-orang yang kurus, andapun tidak perlu merasa sedih dan nggak PD secara berlebihan. Karena sebenarnya, kekurusan yang kita miliki juga dapat membuat diri kita menjadi lebih terjaga dan bernilai, jika kita mampu melihatnya dengan Positive thingking. Mungkin saja Allah ingin menjaga harga diri dan kehormatan kita dengan kekurusan tersebut. Tentunya, sebagian besar orang-orang yang kurus dan masih berakal sehat, akan berfikir 1000 kali ketika hendak membuka baju di teras rumahnya. Lain halnya dengan orang-orang yang berbadan gemuk atau kekar. Jangankan diteras rumah, dijalan umum atau dipasarpun banyak sekali yang tidak akan merasa malu untuk membuka pakaiannya. Karena mereka merasa bahwa bentuk tubuh mereka bagus. Yang patut kita syukuri sebagai orang-orang yang kurus adalah, dengan rasa malu itulah Allah ingin menjaga diri kita. Rasulullah saw bersabda:
“Setiap agama memiliki ciri khas, dan ciri khas islam adalah malu.” (HR. Baihaqi).
“Iman punya enampuluh tujuh cabang, dan malu adalah salah satu cabangnya.” (HR. Bukhori).
Sesungguhnya tidak ada sesuatupun di muka bumi ini yang diciptakan, melainkan hanya sebagai sebuah ujian. Kelebihan dan kebahagiaan, kekurangan dan kesedihan, adalah sebuah ujian yang ditujukan kepada rasa syukur dan kesabaran seseorang. Mampukah kita untuk senantiasa mensyukurinya, dan mampukah kita untuk senantiasa bersabar atasnya.
Wallahua’lam bishshowab.

0 komentar:

Posting Komentar

 
Copyright 2009 Belajar. Powered by Blogger
Blogger Templates created by Deluxe Templates
Blogger Showcase