Ratusan, ribuan, jutaan, atau berapakah jumlah manusia di dunia ini
yang memiliki kekurangan atau kelebihan? Tidak ada yang tahu pasti. Yang
jelas, dan yang sama-sama di setujui oleh semua pihak adalah NO BODY’S PERFECT.
Artinya, setiap orang pasti memiliki kekurangan, dari sisi apapun, baik
dari sisi yang sama maupun yang berbeda. Kekurangan dan kelebihan dalam
diri setiap manusia adalah dua hal yang saling mengikat satu sama lain.
Yang menjadi permasalahan adalah “mampukah kita untuk senantiasa mensyukuri kedua hal tersebut?”.
Mensyukuri sebuah kelebihan adalah satu hal yang biasa, meskipun kadang
agak sulit dan masih banyak orang yang tidak mampu untuk mensyukuri hal
tersebut. Sedangkan mensyukuri sebuah kekurangan, bagi kebanyakan orang
adalah mustahil, meskipun sebenarnya banyak sekali kekurangan-kekurangan
dalam diri manusia yang akan membantu dirinya agar menjadi seorang
hamba yang lebih terjaga, baik di dunia maupun di akhirat.
Banyak orang yang malu, minder, sedih, mengasingkan diri, nggak PD,
selalu merasa was-was, selalu dihantui kekecewaan, dan gelisah yang
berlarut-larut. Akhirnya, merekapun jadi membenci kekurangan mereka, dan
hilanglah rasa syukur di dalam hati mereka.
Ada sebuah cara yang jika dilakukan, insyaAllah akan membuat
seseorang mampu untuk mensyukuri sebuah kekurangan. Cara ini biasa
disebut dengan “Positive thingking”. Istilah Positive thingking
ini tentunya sudah tidak asing lagi di telinga kita. Meskipun demikian,
ternyata sulit sekali untuk melaksanakannya. Sebelum kita memperoleh si
Positive thingking tersebut. Dan setelah kita memiliki Positive thingking
tersebut, maka insya Allah dengan sendirinya rasa syukur itu akan
tumbuh di dalam hati kita. Kita akan mengetahui bahwa di balik
kekurangan tersebut ada sesuatu yang patut disyukuri. ini, ada satu hal
yang terlebih dahulu harus kita yakini. Hal tersebut adalah keyakinan
bahwa Allah swt menciptakan segala sesuatu pasti dengan tidak sia-sia.
Artinya, Allah swt menciptakan kekurangan dalam diri kita juga pasti ada
tujuannya. Jika kita mengetahui apakah tujuan itu, jika kita mengetahui
kenapa kekurangan itu ada pada diri kita, jika kita telah menemukan
jawabannya, maka kita akan menemukan jalan untuk menuju Positive thingking tersebut. Dan setelah kita memiliki Positive thingking
tersebut, maka insya Allah dengan sendirinya rasa syukur itu akan
tumbuh di dalam hati kita. Kita akan mengetahui bahwa di balik
kekurangan tersebut ada sesuatu yang patut disyukuri.
“Allah swt menciptakan segala sesuatu dengan tidak sia-sia”.
Mungkin kita akan bertanya-tanya, lalu apakah tujuan Allah swt sehingga
menciptakan kebutaan pada mata seseorang, kenapa Allah swt menciptakan
sebuah kebisuan, kenapa Allah swt menciptakan ketulian pada telinga
seseorang, dan mengapa Allah swt menciptakan tubuh seseorang dengan
kurus (tidak gemuk, kekar, atau berbentuk), kenapa, kenapa, dan kenapa?
Mungkin kata “kenapa” tidak akan dapat terhitung jika terus
dijabarkan. Untuk lebih mudahnya, kita ambil saja ke-empat contoh yang
telah disebutkan diatas yaitu tentang kenapa seseorang dibuat menjadi
buta, bisu, tuli, atau kurus.
“Buta”, “Bisu”, “Tuli”, “Kurus”,
apa yang yang patut disyukuri dari semua itu? Jika kita renungi lebih
dalam lagi, ternyata di dalam ke-empat kekurangan tersebut (dan juga
kekurangan-kekurangan yang lain) terdapat sebuah rahasia besar yang
patut kita syukuri. Sebenarnya, kekurangan-kekurangan tersebut memiliki
peranan yang sangat besar dalam menjaga diri kita. Coba kita perhatikan,
berapa banyak di dunia ini orang-orang yang tertipu dan terjerumus oleh
mata, mulut/lidah, dan telinganya secara sadar maupun tidak sadar.
Berapa banyak orang yang menggunakan mata , lidah, dan telinganya untuk
berbuat maksiat kepada Allah swt? Berapa banyak orang yang menggunakan
mata mereka untuk melihat hal-hal yang seharusnya tidak mereka lihat?
Berapa banyak orang yang menggunakan lidah mereka untuk bergunjing,
menggosip, mengumbar fitnah dan aib orang lain, membicarakan sesuatu
yang mereka tidak mengerti ilmunya, dan membicarakan segudang hal-hal
lain yang tidak selayaknya mereka bicarakan. Berapa banyak orang yang
menggunakan telinga mereka untuk menguping dan mendengarkan hal-hal yang
bukan hak mereka. Tentunya mata, lidah, dan telinga itu kelak akan
dimintai pertanggung jawaban.
Dari pernyataan di atas, tentunya dapat ditarik kesimpulan sederhana
bahwa dengan menjadi buta, bisu, atau tuli, berarti Allah swt telah
mengurangi satu lubang maksiat dari dalam diri kita. Orang yang buta
akan dikurangi dosa matanya dalam melihat maksiat. Orang yang bisu akan
dikurangi dosa lidahnya dalam membicarakan maksiat. Orang yang tuli
akan dikurangi dosa telinganya dalam mendengarkan hal-hal yang bukan
haknya. Apabila kita benar-benar memahami akan hal-hal tersebut, maka
insaya Allah swt kita akan mampu untuk selalu mensyukuri kekurangan yang
ada dalam diri kita.
Dan bagi orang-orang yang kurus, andapun tidak perlu merasa sedih dan
nggak PD secara berlebihan. Karena sebenarnya, kekurusan yang kita
miliki juga dapat membuat diri kita menjadi lebih terjaga dan bernilai,
jika kita mampu melihatnya dengan Positive thingking. Mungkin
saja Allah ingin menjaga harga diri dan kehormatan kita dengan kekurusan
tersebut. Tentunya, sebagian besar orang-orang yang kurus dan masih
berakal sehat, akan berfikir 1000 kali ketika hendak membuka baju di
teras rumahnya. Lain halnya dengan orang-orang yang berbadan gemuk atau
kekar. Jangankan diteras rumah, dijalan umum atau dipasarpun banyak
sekali yang tidak akan merasa malu untuk membuka pakaiannya. Karena
mereka merasa bahwa bentuk tubuh mereka bagus. Yang patut kita syukuri
sebagai orang-orang yang kurus adalah, dengan rasa malu itulah Allah
ingin menjaga diri kita. Rasulullah saw bersabda:
“Setiap agama memiliki ciri khas, dan ciri khas islam adalah malu.” (HR. Baihaqi).
“Iman punya enampuluh tujuh cabang, dan malu adalah salah satu cabangnya.” (HR. Bukhori).
Sesungguhnya tidak ada sesuatupun di muka bumi ini yang diciptakan,
melainkan hanya sebagai sebuah ujian. Kelebihan dan kebahagiaan,
kekurangan dan kesedihan, adalah sebuah ujian yang ditujukan kepada rasa
syukur dan kesabaran seseorang. Mampukah kita untuk senantiasa
mensyukurinya, dan mampukah kita untuk senantiasa bersabar atasnya.
Wallahua’lam bishshowab.
PENCATATAN DAN PENERBITAN SAHAM BATAS LINTAS NEGARA
-
Faktor yang mungkin banyak menyumbangkan perhatian lebih terhadap akuntansi
internasional di kalangan eksekutif perusahaan, investor, regulator pasar,
pe...
8 tahun yang lalu
0 komentar:
Posting Komentar